LUBUKLINGGAU-Selain pengenalan lingkungan sekolah, pada kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SMAN 8 Lubuklinggau juga dilakukan sosialisasi anti perundungan dan kekerasan. MPLS sendiri, berlangsung selama tiga hari mulai Senin (15/7/2024) hingga Rabu (17/7/2024).
Kepala SMAN 8 Lubuklinggau Romdon menyampaikan MPLS ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahun ajaran baru. Hal itu, guna mengenal siswa baru pada situasi yang baru, karena jenjang pendidikan sekolah menengah pertama ( SMP) itu berbeda dengan sekolah menengah atas (SMA).
“Saat mengikuti MPLS ini, siswa baru ini diberikan pemahaman dan pengetahuan baru sehingga nantinya mereka akan siap. Apalagi, yang dihadapi ini, masa perubahan dan perlu dididik dan dibina untuk lebih mengenal lingkungan sekolah,”ungkap Romdon.
Lebih lanjut, Romdon mengatakan dalam pelaksanaan MPLS sendiri tidak boleh menggunakan kekerasan. Untuk itu, dalam kesempatan itu pihak sekolah mensosialisasikan anti perundungan dan kekerasan disekolah.
“MPLS itu mengenal lingkungan, memberikan informasi dan memberikan ilmu yang dibutuhkan siswa baru untuk belajar di sini. Semoga mereka bisa berprestasi kedepannya,”harap Romdon.
Sementara itu, Waka Kesiswaan Sri Wanda Santy mengatakan selama mengikuti MPLS, siswa baru akan dikenal dengan warga sekolah, mulai kepala sekolah, guru hingga staf Tu. Kemudian, sarana dan prasarana sekolah, program dan kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah.
“Tapi memang untuk tahun ini, kita lebih menekankan anti perundungan dan kekerasan disekolah. Jadi, dihari terakhir pelaksanaan ada kegiatan menonton bersama film pendek pencegahan perundungan, sekaligus deklarasi anti perundungan dan kekerasan,”ungkap Wanda.
Lebih lanjut, Wanda menyampaikan terkait anti perundungan dan kekerasan dilingkungan sekolah ini, sudah lama mereka terapkan dan kampanyekan. Apalagi pada tahun 2022, SMAN 8 Lubuklinggau merupakan satu-satunya sekolah dari Lubuklinggau yang terpilih untuk Program roots Indonesia.
“Jadi, sekolah kami terpilih untuk mengikuti bimtek program roots Indonesia yakni
program pencegahan perundungan. Ini se-Indonesia, untuk Lubuklinggau hanya SMAN 8 Lubuklinggau dan saya bersama guru BK yang ikut,”jelasnya.
Dikatakan Wanda, dari program tersebut di SMAN 8 Lubuklinggau sudah ada agen perubahan anti perundungan.
“Agen perubahan ini terdiri dari anak didik kita, yang mensosialisasikan pada siswa lainnya agar tidak melakukan perundungan dan kekerasan baik disekolah maupun diluar lingkungan sekolah,” tutupnya. (Nyt)