PUISI UNTUK INDONESIA
(Sebuah Catatan Kecil Untuk Indonesia Merdeka)
Karya, Wong Yoko, Nr.*
I
Rasanya baru kemarin
Bung Karno dan Bung Hatta
Memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Tapi mengapa keadilan dan kemakmuran belum juga terwujud
Rasanyan baru kemarin
Teriakan penuh semangat merdeka!
Memecah angkasa dan dunia
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Tapi mengapa teriakan itu kian lemah bahkan nyaris tak terdengar
Untuk Indonesia Raya
Sementara teriakan membelah kawan sejawat, kelompok dan golongan semakin kuat terdengar dimana-mana
Rasanya baru kemarin, kita merasa merdeka
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Tapi mengapa kita hidup masih dalam bayang-bayang penjajah
Bung Karno pernah berkata,
“Perjuanganku sangat mudah, karena mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Namun perjuanganmu sangat sulit, karena melawan bangsamu sendiri”.
Kata tersebut rasanya baru kemarin terngiang di telinga kita
Padahal sudah 76 tahun yang lalu.
Rasanya baru kemarin
Teriakan merdeka atau mati
Kobarkan semangat para pejuang dalam membelah ibu pertiwi
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Tapi mengapa semangat mempertahankan kemerdekaan itu sebatas retorika di media saja, rakyat masih hidup sengsara dan menderita
Teriakan merdeka yang dulu berapi-api
Sebagai wujud persatuan, kini luntur dan seremoni belaka
Kita sibuk memerdekakan diri sendiri, menumpuk harta
Memperkaya diri sendiri atas nama kemerdekaan
Mengorbankan saudara sendiri demi kemerdekaan.
II
Rasanya baru kemarin
Suara Bung Tomo meneriakan semangat perlawanan kepada penjajah
“Selama banteng-banteng muda Indonesia masih mempunyai darah merah, yang dapat membikin secarik kain putih, merah dan putih selama itu kita tidak akan menyerah kepada siapapun, sekali merdeka tetap merdeka”.
Begitu semangat dan tulus untuk satu Indonesia merdeka.
Kini kita rindu para pejuang tanpa pamri
Membebaskan belenggu penjajah dari bumi pertiwi
Mengangkat harkat dan martabat bangsa
Mengorbankan harta dan nyawa demi satu tujuan Indonesia merdeka
Rasanya baru kemarin, teriakan merdeka memecah angkasa
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Ada yang merasa benar-benar merdeka
Sehingga bebas berbuat apa saja di bumi Indonesia
Menindas kawan sejalan, memakan daging saudara sendiri
Bahagia di atas penderitaan rakyat
Walau dalam setiap pidato berapi-api berjuang atas nama rakyat
Sementara rakyat hanya sebagai objek pederita
Rasanya baru kemarin, kita bebas mengibarkan merah putih
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Orang lebih fanatik dan berjuang mati-matian kepada simbol partai
Padahal hakikat partai adalah perwakilan untuk berjuang
Memakmurkan rakyat,
Bukan untuk memakmurkan golongannya sendiri
Rasanya baru kemarin kita merdeka
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Kemiskinan dan penderitaan begitu nyata
Benarkah kita sudah merdeka!
Begitu banyak derita yang menimpah rakyat
Pandemik yang tak kunjung usai
Kematian seolah menjadi berita biasa dan semakin akrab dalam kehidupan kita
Benarkah kita sudah merdeka?.
III
Rasanya baru kemarin,
Teriakan merdeka memadati jalan-jalan, rumah-rumah, kedai-kedai,
dan setiap bertemu selalu diteriakan kata Merdeka!, Merdeka!
Padahal sudah 76 tahun yang lalu
Tapi mengapa sekarang kita malu untuk meneriakan kata tersebut
Dalam setiap rapat kenegaraan dan acara resmi pemerintahan, padahal kata tersebut adalah gelora semangat persatuan.
Rasanya baru kemarin,
Pidato berapi-api Bung Karno dalam menjawab tantangan penjajah
Berhentilah bermain kata-kata hai para penjajah
Tidak ada kata lain selain, Merdeka atau Mati!.
Kami bersama rakyat akan berjuang mati-matian
Karena tidak ada pilihan lagi selain Merdeka
Gemetar jiwa mendengar suara menggelegar menembus angkasa
Kini, begitu miris dan mengiris hati
Menyaksikan begitu mudah orang mencela, mencaci, dan menganggap salah serta mengutuk jika tidak sejalan, menggunting dalam lipatan
Demi kepentingan pribadi bahkan tak segan menjual nama atas nama?
Saudara-saudara, sebangsa dan setanah air
Kita lahir di bumi yang sama
Kita minum air yang sama
Mari kita luruskan nurani demi ibu pertiwi
Kita bangun Indonesia maju
Hilangkan rasa curiga, kita satukan tekad dan tujuan demi keadilan dan kemakmuran rakyat Indonesia
Mari kita bulatkan tekad demi darah para pejuang
Dirgahayu Republik Indonesia
Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh.
Merdeka!, Merdeka!, Merdeka!.
Lubuklinggau, 15 Agustus 2021.
Pecinta Seni dan Budaya Kota Lubuklinggau