PALEMBANG – Jelang Konprov Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang dikabarkan akan di gelar pada 28 Desember 2024, Isu rekayasa keras mewarnai dinamika pemilihan ketua PGRI Sumsel.
Proses penjaringan calon ketua PGRI Sumsel pada konprov saat ini dinilai banyak kejanggalan oleh beberapa anggota PGRI dan pengamat pendidikan di Sumsel seperti adanya isu rekayasa tata tertib yang diduga bertujuan memunculkan calon tunggal dan menghalangi pendaftaran calon ketua lain yang didukung oleh mayoritas anggota PGRI.
“Ini adalah organisasi swadaya yang dibangun oleh dan untuk para guru dengan iuran dari guru. Oleh karena itu, tata tertib pemilihan ketua PGRI tidak boleh menghalangi anggota aktif maupun pasif untuk mencalonkan diri,” ungkap seorang pengurus yang enggan disebutkan namanya.
Sementara Analisis kebijakan Utama Bidang Pendidikan, Riza Fahlevi yang juga anggota PGRI Sumsel ikut angkat suara terkait adanya isu rekayasa ini mengungkapkan sangat menyayangkan jika di Konprov PGRI Sumsel nanti hanya menghasilkan calon tunggal sementara banyak calon-calon pontensial yang tidak bisa mencalonkan diri karena terhalang tatib yang di tentukan panitia.
“Seharusnya pemilihan Ketua PGRI Sumsel ini harus mampu merangkul semua anggota karena ini organisasinya para pendidik dan harus memberikan contoh yang baik, jadi siapa saja yang ingin mencalonkan diri untuk menjadi calon ketua PGRI ya harus diberi kesempatan jangan di halangi, pengurus atau panitia dalam hal ini harus menjalankannya secara transparansi dan demokratis tapi kenyataannya sangat di sayangkan pelaksananya tidak mendidik. Kan aneh organisasi profesi dibawa seperti itu, PGRI Sumsel itu bukan punya pengurus sendiri”,ungkapnya.
Terkait kabar Konprov Sumsel saat ini hanya menghasilkan calon tunggal Riza Fahlevi mengatakan PGRI sebagai organisasi Profesi yang sudah lama berdiri seharusnya betul-betul jadi tempat naungan para guru atau pendidik untuk selalu sharing. Sharing dalam memajukan kualitas dunia pendidikan khususnya di Sumsel. Seandainya pemilihan ini sesuai dengan AD-ART, pasti banyak yang ingin mencalonkan sebagai ketua PGRI.
“Sebelumnya banyak yang mengatakan saya keras terhadap pemilihan ketua PGRI kali ini karena saya ingin mencalonkan diri, Kalau saya, terus terang, bukan mau ngejar jabatan sebagai ketua. karena sudah banyak jabatan yang saya pegang seperti saat ini saya sebagai Ka Kwarda Sumsel, saya hanya ingin kita semua mau membenahi organisasi PGRI ini sebagaimana fungsi awalnya sebagai organisasi Profesi”,Tegas Riza Fahlevi.
Sementara Pengamat Pendidikan DR.Drs.Wijaya,Mc menilai adanya calon tunggal pada Konprov PGRI saat ini pun sudah kelihatan indikasi mematikan hak calon lain dan itu tidak bagus.
“Saya mendapatkan informasi pada besok pemilihan Ketua PGRI Sumsel tidak sesuai dengan AD-ART yang berlaku. Bahkan saya mendapat isu bahwa pemilihan Ketua PGRI Sumsel nantinya akan menunjuk satu orang atau calon tunggal dan ini jelas membatasi hak calon yang lainnya ingin maju, seharusnya disosialisasikan terlebih dahulu,” terangnya.
Ditambahkannya, seharusnya anggota atau calon lain diundang siapa saja yang ingin mencalonkan diri sebagai Ketua PGRI Sumsel.
“Ini gunanya, harus melihat terlebih dahulu siapa saja yang bagus nantinya dapat dipilih untuk memimpin PGRI Sumsel, sehingga nantinya semua guru yang menjadi anggota PGRI ini bisa berkembang dengan baik kedepannya,” jelasnya.
Dia berharap kepada pihak terkait lainnya untuk tidak ada lagi calon tunggal terkait pencalonan Ketua PGRI Sumsel.
“Ini bukan organisasi punya nenek moyang ataupun organisasi sendiri. Harusnya berilah kesempatan anggota lain untuk mencalonkan diri sebagai Ketua PGRI Sumsel,” Tutup H Wijaya. (Rls)