PALEMBANG- Di tengah persaingan bisnis yang ketat, tidak sedikit para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tetap bertahan saat ini dalam kondisi Pandemi Covid-19 di Kota Palembang, dengan tetap mengedepankan Prokes Covid-19 dan semangat kekeluargaan dan gotong royong dengan saling bersinergi dan mendukung satu sama lain.
Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan Klaster Usaha Pempek di wilayah Talang Semut, Bukit Kecil Kota Palembang.
Sepanjang Jalan Mujahidin RT 07, RT 08, RT 11, RT 12 di Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil akan terlihat Gerobak-Gerobak dan Etalase di Kios-Kios yg memajangkan Semua Varian Pempek dan Kerupuk. Tidak heran, wilayah tersebut pun kerap dikenal sebagai ‘Kampung Pempek 26’.
Kenapa disebut Kampung Pempek 26, Karena dulu di daerah ini masuk di Kelurahan 26 Ilir, dan sejak pemekaran wilayah, maka nama kelurahan 26 Ilir ini menjadi Kelurahan Talang Semut. Namun angka 26 tetap eksis utk menjaga sejarah dari daerah ini hanya untuk sebutan Klaster Usaha Pempek 26
Di Klaster Usaha Pempek ini, terdapat 16 orang pengrajin Pempek yang telah memiliki dapur serta merek masing-masing. Salah satu dari mereka adalah Nyimas Fadila, sapaan Lala, yang telah lama berkecimpung di usaha pengolahan Pempek.
Saat memulai usahanya 14 tahun yang lalu, Lala fokus pada pengolahan Pempek saja. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai beralih dan memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru, yaitu Pempek dan Makanan Khas Kota Palembang Serta Kerupuk.
Usaha pengolahan Pempek dan Kerupuk di Jalan Mujahidin terus bertahan dan semakin berkembang dengan diwariskannya bisnis secara lintas generasi. Dengan pengalaman panjangnya.
Terpisah juga menurut Kgs. Hendri Yusuf, Sapaan Hendri yang diangkat sebagai ketua Klaster Usaha Pempek tersebut, mengatakan bahwa dengan adanya Klaster Usaha Pempek ini bisa mengikat dan menyatukan persepsi dan bergerak bersama dalam memajukan pelaku UMKM yg ada di Kampung Pempek ini, sehingga penyangga dari Klaster usaha Pempek ini juga terlihat dengan jelas ada juga pedagang Es Tebu, Pedagang Pempek Panggang, Pedagang Mie Celor, Pedagang Gorengan dan Pedagang Bubur Sum-Sum, Pedagang Es Boba, dan Pedagang Oleh-oleh Asesoris Khas Kota Palembang (Seperti Gelang, Kalung, pernak-pernik dan Baju Kaos dan Celana yg bermotif jembatan Ampera) sebagai asesoris oleh-oleh khas Palembang.
Hendri menyebutkan, meski 16 orang pengrajin Pempek di klaster tersebut memiliki ‘bendera’ sendiri-sendiri serta langganan dan dapur masing-masing, semuanya memiliki profesi yang sama.
“Di sini kita satu profesi, yaitu pengrajin Pempek. Meski ada yang Pempek murni, ada juga kerupuk dan kemplang” kata Hendri.
“Walaupun ada 16 pengrajin Pempek, pasti sudah ada langganan masing-masing, dengan bendera yang berbeda-beda, diantara nya adalah Pempek Lala dan Pempek Edy dan Pempek Rayhan dan Pempek Cek Linda, Pempek Cek Ima dan Kerupuk Kemplang Rajo Salman,” lanjutnya.
Kecermatan dan ketelitian merupakan faktor penting dalam menghasilkan Pempek yang berkualitas.
Menurut Hendri, proses pembuatan Pempek sendiri sangat mudah dan cepat. Mulai dari merebus Ikan yang sudah di giling, dicuci hingga bersih, di adon dengan Tepung, di cetak secara manual hingga di rebus dan digoreng, dibumbui hingga akhirnya dikemas. Seluruh proses tersebut dapat memakan waktu lebih cepat lebih kurang 2 Jam.
“Jadi proses pembuatan untuk Pempek itu lebih cepat yaitu hanya 2 Jam, bukan butuh waktu yang lama, yaitu butuh waktu sehari dua hari,” jelasnya.
Terlebih lagi, para pengrajin Pempek di Klaster Usaha Pempek sangat taat mematuhi peraturan yang diberlakukan oleh Dinas Perindustrian dan BPOM Kota Palembang.
Selain menekankan kebersihan produk, Disperindag dan BPOM melarang keras penggunaan pewarna dan bahan kimia dalam pembuatan Pempek.
“Kita sudah sepakat dari Disperindag dan BPOM dilarang keras memakai pewarna dan bahan pengawet lainnya, karena tidak layak untuk dikonsumsi. Karena itu di wilayah sini semuanya higienis,” terang Hendri.
“Di sini semua pengrajin pempek tidak ada yang berceceran, sesuai dengan amanat dari pemerintah,” tambahnya.
Proses pengolahan Pempek di Klaster Usaha Pempek sangat. Istimewa, Saat diwawancarai oleh Tribunnews, Lala pun menyebutkan bahwa kualitas dari produk pempek dapat terjaga dengan perkembangan alat yang digunakan dalam proses pembuatan.
Kini, para pengrajin telah menggunakan alat yang modern sehingga tidak meninggalkan limbah.
“Awalnya pengrajin Pempek pakai manual dan hanya diberikan kantong plastik aja dan di taburi tepung untuk pempek yg akan di packing (Dikemas dalam Kardus) di kirim keluar kota. Namun seiring kemajuan zaman ternyata penggunaan alat tersebut tidak mencukupi, apalagi kalau ada pesanan yg banyak, dan Akhirnya pun beralih ke mesin vacuum sealer” ungkapnya.
Dan yang memiliki Mesin Vacuum sealer ini hanya beberapa pengrajin pempek saja.
Dijelaskan oleh Hendri, kegunaan mesin vacuum sealer ini bekerja dengan simultan untuk menghisap seluruh udara yang berada dalam kemasan pempek yang mana udara tersebut dapat menyebabkan proses diokdasi yang bisa merubah makanan tidak tahan lama akibat bakteri yang berkembang biak dalam jangka waktu panjang dan bisa bertahan lama lebih kurang 3 hari dan bisa di kirim ke luar kota bahkan ada juga di kirim ke luar Negeri (Malaysia dan Singapura).
Bagi lala, tekad yang bulat merupakan kunci dari kesuksesan usahanya. Pasalnya, ia mengaku bahwa kendala serta tantangan yang dihadapi dalam menjalankan usaha ini tidaklah sedikit.
Salah satu hal yang kerap menjadi tantangan adalah harga dari Ikan Tenggiri Sebagai bahan dasar dari Pempek, kenaikan harga Ikan Tenggiri ini turut meningkatkan biaya operasional dan selain itu dengan tidak mengurangi rasa dan aroma maka dialihkan menggunakan dasar Ikan Kakap Super dan Ikan Gabus. Hal ini pun sangat berimbas pada Lala dan pengrajin-pengrajin Pempek di Klaster Usaha Pempek.
Mendaftarkan diri sebagai anggota Klaster Pempek menjadi salah satu cara bagi Lala dan para pengrajin Pempek Lain untuk mengatasi kendala yang ada. Dengan mendaftarkan diri sebagai anggota klaster usaha pempek mereka bisa mendapatkan harga bahan baku yang lebih murah dan bisa bersinergi satu sama lainnya.
Di masa pandemi ini, keberadaan Klaster Usaha Pempek telah berkontribusi dalam membuka lapangan kerja. Dari yang tadinya kena PHK atau nganggur sekarang pada Mencuci Ikan, mengadon pempek, Merebus Pempek dan menggoreng Pempek dan Melayani Pembeli Yang Mau Makan langsung di Kios Pempek” ceritanya.
Karena itu, dengan diberikannya bantuan Sarana dan Prasarana (Sapras) oleh Bank BRI Kantor Cabang Palembang A Rivai Dalam mengadakan tembusan-tembusan dan Inovasi, Hendri berharap agar pemerintah dapat memberikan perhatian lebih serta bantuan bagi para pengrajin Pempek.
Dengan adanya kendala serta tantangan yang dihadapi oleh para pelaku UMKM, termasuk para pengrajin di Klaster Usaha Klaster Pempek, Bank Rakyat Indonesia (BRI) hadir untuk memberikan bantuan bagi melalui program BRIncubator, inkubator bagi bisnis UMKM lokal.
Melalui program ini, BRI telah memberikan permodalan serta bantuan berupa alat-alat pengolahan produk, juga pembinaan bagi para pengrajin di Klaster Usaha Pempek.
“Alhamdulillah dari BRI ada Bantuan Pinjaman Permodalan seperti Super Mikro dan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan Kupedes yang bunganya sangat rendah sekali dan dijalankan sesuai modal yang ada,” sebut Hendri.
Ia dan para pengrajin lainnya di Klaster Usaha Pempek pun mayoritas telah menjadi nasabah BRI dan mempergunakan modal yang didapatkan untuk membeli bahan serta alat-alat produksi, mulai dari Kuali dan Baskom stainless, Kulkas hingga kompor gas serta utk Packing Kardus.
Selain permodalan, BRI terus menunjukkan kepedulian terhadap keberadaan Klaster Usaha Pempek dengan menyalurkan bantuan langsung berupa pemberian 5 unit Mesin Vacuum Sealer Otomatis dan Branding Papan Merek Toko Pempek dan 1 Unit Tiang Penunjuk Arah Masuk Ke Klaster Usaha Pempek ke 16 para pengrajin Pempek.
Hendri menceritakan bahwa mesin yang dibutuhkan tersebut aslinya terdapat di Surabaya, dan BRI telah berperan besar dalam menyalurkan kebutuhan terhadap alat tersebut di Klaster Usaha Pempek yang bertempat di Jalan Mujahidin, Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang.
“Sangat-sangat membantu saya dan para pengrajin Pempek di wilayah Klaster Usaha Pempek 26 ini,” ujarnya.
Menurutnya, Penyerahan Bantuan Sapras ini langsung diserahkan Oleh Pemimpin Cabang BRI Kanca Palembang A Rivai Bpk Romdon Dwi Prihantono Ke Ketua Klaster Usaha Pempek Kgs Hendri Yusuf dan dihadiri oleh Seluruh Anggota (Owner) Klaster Usaha Pempek dan perwakilan RT setempat di wilayah Klaster Usaha Pempek dan Lurah Talang Semut (Ricky Pratama) dan juga hadir dari Perwakilan BRI yaitu Associate Staff SEI Kanwil BRI Palembang (Alan Sanjaya) dan Asisten Manajer Pemasaran Mikro BRI Kanca Palembang A Rivai (Fikri Firmansyah), Lurah Talang Semut (Ricky Pratama) dan Kepala Unit BRI Merdeka (Samuel Agustian Gultom) dan Mantri selaku PIC Klaster Usaha Pempek 26 (Ristanti Pudji).
Lebih lanjut Hendri, baik pihak dari Kantor Cabang Palembang A Rivai maupun kantor BRI Unit Merdeka kerap aktif dalam menunjukkan dan memberikan dukungan atas kebutuhan para pengrajin di Klaster Usaha Pempek ini.
Hal tersebut juga dilakukan dengan memberikan saran serta solusi untuk memecahkan tantangan bisnis yang dialami oleh seluruh para anggota Klaster Usaha Pempek.
“Termasuk juga dalam hal pemasaran. Pihak BRI membuka peluang untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas Pempek dan kedua meningkatkan pemasaran melalui Penjualan Online Melalui Id.Pasar,” ucap Hendri. Hingga kini, strategi pemasaran produk Pempek, Pak Hendri masih dilakukan dari mulut ke mulut. Karena itu, pemasaran online menjadi salah satu hal yang selanjutnya menjadi keinginan Hendri.
Kemudian juga, Hendri mengatakan bahwa sampai ke transaksi pembayaran juga sudah dibantu oleh BRI dengan memasang QRIS BRI (Pembayaran Non Tunai) dari Pembeli ke seluruh Para Anggota Klaster Usaha Pempek Termasuk Penyangga Usaha yang mencakup di wilayah Klatser Usaha Pempek ini sebanyak 29 pedagang sudah terpasang QRIS BRI, sehingga memudahkan layanan transaksi pembeli.
“Saya sih sebenarnya pengen banget, gimana produk kita bisa berkembang, bisa maju, apa lagi dikenal se-Sumbagsel kalaupun bisa se-Indonesia Raya” harapnya.
Dengan keinginannya tersebut, Ia sampaikan pembinaan terkait pemasaran online dan Pick Up Service akan dilakukan dengan pendampingan dari BRI.
Mengemban tugas sebagai ketua dari Klaster Usaha Pempek, Hendri juga berperan penting dalam mengoordinasikan bantuan-bantuan yang diberikan untuk para pengrajin, baik dari Pemkot Palembang maupun BRI.
Baginya, tugas yang dipercayakan kepadanya ini merupakan sebuah amanat, dan segala bantuan yang diberikan dari BRI ia pastikan akan dipergunakan dengan hati-hati dan semestinya.
“Saya sebagai ketua kelompok, mewakili 16 orang pengrajin merasa bersyukur dan berterima kasih yang sebesar-besar nya kepada BRI,” tuturnya.
Hendri pun berimpian agar produk Pempek miliknya serta para pengrajin lain dari Klaster Usaha Pempek dapat semakin dikenal semua kalangan.
“Cita-cita saya biar produk saya ini meningkat. Karena produk kami higienis, kenyal, empuk, gurih, dan terasa ikan nya. Mudah-mudahan bisa semakin dikenal dan khususnya bisa berkembang,” tutup Hendri.(Rls)