LUBUKLINGGAU – Pemerintah Kota (Pemkot) Lubuklinggau mengikuti rapat sinkronisasi program kegiatan pembinaan ideologi Pancasila dan sinergitas pemerintah pusat dan daerah dalam upaya penguatan, pembentukan dan evaluasi gerakan nasional revolusi mental secara daring via zoom meeting di Command Center, lantai 4 Kantor Walikota Lubuklinggau. Senin, (2/8).
Hadir dalam kegiatan ini Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda, Kahlan Bahar didampingi Kadis Kominfo, Erwin Armeidi, Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan, Ongki Pranata serta Kabid Idelogi Wawasan Kebangsaan dan Ketahaanan Ekososbud, Taufik Hidayat.
Kegiatan dibuka langsung oleh Dirjen Politik dan PUN Kemendagri, Bahtiar. Ia mengatakan Kemendagri mendukung upaya-upaya dalam gerakan nasional revolusi mental dan pembinaan ideologi Pancasila.
Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, Yudian Wahyudi mengatakan BPIP mendesak agar pendidikan ideologi Pancasila diajarkan di bangku sekolah. Pancasila akan diterima jika seluruh pihak menampilkan keteladanan dalam pengamalan sila-sila Pancasila di kehidupan sehari-hari.
Yudian menekankan pentingnya para pendidik menanamkan Pancasila bukan sebatas teori, mengedepankan akhlak yang beradab.
“Faktanya, 47 persen guru di lembaga pendidikan nasional berusia di bawah 39 tahun. Sementara Pendidikan Pancasila dicabut dari kurikulum sejak 1998. Ini yang jadi perhatian kami, BPIP sebagai badan koordinasi, sinkronisasi dan pembinaan Pancasila secara menyeluruh, bukan hanya anak didik tetapi para pendidik,” kata Yudian.
Sementara itu, Alissa Wahid yang merupakan anggota Tim Ahli Gugus Tugas Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) mengatakan pentingnya proses pembinaan ideologi Pancasila.
“Program pembinaan ideologi Pancasila memiliki urgensi yang mendesak, terutama dalam mendukung hadirnya pembangunan dan perdamaian yang dibalut dengan keberagaman,” kata Alissa.
Dia menambahkan, ada lima gerakan Revolusi Mental, yakni Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
Jika lima gerakan ini terimplementasi dengan baik dan didukung secara sinergis, sangat mungkin cita-cita Indonesia Emas 2045 akan mampu memberikan sumbangsih dalam mencetak manusia Pancasilais yang unggul,” tutupnya. (Rls)