LUBUKLINGGAU – Perlahan, mendekati ujung tahun 2021 beberapa figur mulai kembali bermunculan berniat maju di pilkada Kota Lubuklinggau 2024.
Terbaru,ada Praniko (Nika) Imam Sagita (Gerindra) dan Leonardi Sohe (Demokrat) yang berniat siap maju.
Dimintai tanggapan perihal ini, pengamat politik Eka Rahman mengatakan munculnya beberapa figur yang mulai ‘mendeklarasikan’ kesiapan dalam kontestasi Pilkada Kota Lubuklinggau 2024 seperti Leonardi Sohe, Praniko Imam Sagita (Niko) dan lain lain, bagian dari ‘cek ombak’ bagaimana respon masyarakat terkait ‘niat politik’ untuk berkontestasi.
Beberapa hal yang melatari mengapa figur melakukan deklarasi lebih dini antara lain. Pertama, kondisi geografis Kota Lubuklinggau yang jarak antar kecamatan/kelurahan relatif berdekatan, dengan daya jangkau sinyal yang relatif merata menjadikan informasi pada media konvensional (koran), media sosial dan berita-berita online efektif untuk dibaca oleh pemilih.
Kedua, sebangun dengan hal itu tingkat pendidikan dan respon pemilih terhadap berita media relatif bagus. Artinya feed back terhadap berita-berita terkait figur dalam pilkada di media bisa di jadikan parameter untuk mengukur respon publik pemilih terhadap figur seseorang.
“Dengan demikian, tafsir dominan terhadap deklarasi kesiapan pencalonan lebih pada ‘mengukur respon publik’.”terangnya.
Karena secara subtansial, tentu kesiapan pencalonan butuh lebih dari sekedar deklarasi di media massa. Komunikasi politik dengan parpol, memastikan standing position sebagai wako/wawako, membangun basis massa, dst adalah hal-hal yang harus lebih menjadi prioritas.
Namun, Eka menyepakati bahwa media, media online dan media sosial adalah tools yang efektif bagi figur untuk melakukan pengenalan dan meraih digit popularitas dalam konteks Lubuklinggau. Kerjasama dan komunikasi dengan media/media online maupun membangun tim media sosial dapat menjadi alternatif bagi para figur untuk memulai kerja politiknya.
Bahwa ada pertanyaan apakah yang dilakukan figur seperti Leonardi Sohe dan Praniko Imam adalah gimmick politik atau starting point kearah keseriusan pencalonan? Harus dilihat pada apa yang akan dilakukan mereka selanjutnya, apakah ada program lanjutan seperti , komunikasi ke parpol, sosialisasi ke pemilih secara langsung (door to door), melalui alat peraga (spanduk, baliho, poster, dll), media/media sosial (online), merintis jaringan melalui pembentukan tim, dll.
“Jika ya, tentu mereka bisa di kategorikan serius, jika sebaliknya bisa di katakan hanya gimmick politik,”akunya.
Lalu bagaimana kemungkinan muncul figur lain? Eka, pikir dalam batasan ‘cek ombak’ dan meletakkan bargaining position, akan lebih banyak lagi figur potensial baru yang akan muncul. Kita masih punya Bambang Rubianto, Taufik Siswanto, Hendi Budiono, Merismon atau dari kalangan birokrasi dan swasta lain, di luar nama yang sering di sebut seperti : Kristina, Rodi Wijaya, Riezky, Hendri, dan lain-lain.
Terlebih penting juga untuk melihat arah dukungan petahana Prana Sohe/Suko terhadap figur yang muncul, karena suka atau tidak segmentid pendukung mereka lebih banyak.
Terakhir, sepanjang apa yang dilakukan para figur baru secara santun, riang gembira dan tidak menimbulkan sekat konflik. Kita dukung dan apresiasi saja apa yang mereka lakukan sebagai bagian dari proses.(eju)